JAKARTA-PT Wilmar Nabati Indonesia yang salah satu komisarisnya menjadi tersangka kasus dugaan korupsi terkait ekspor minyak goreng merupakan perusahaan asal Singapura.
Dikutip dari CNBC, Perusahaan ini merupakan bagian dari Grup Wilmar atau Wilmar International Ltd, perusahaan sawit raksasa yang berbasis di Singapura. Grup Wilmar International didirikan pada 1991 dan berkantor pusat di Singapura.
Wilmar yang didirikan Martua Sitorus dengan Kuok Khoon Hong adalah pemain penting dalam bisnis minyak goreng di Indonesia. Wilmar Group memproduksi Sania, Fortune, Siip, Sovia, Mahkota, Ol’eis, Bukit Zaitun dan Goldie.
Menurut Majalah Forbes, per 19 April 2022, kekayaan Martua Sitorus mencapai US$ 3 miliar dan berada di peringkat 1.029 orang terkaya dunia.
Pada akhir 2021, Martua Sitorus adalah orang terkaya ke-14 di Indonesia. Martua memiliki kekayaan bersih senilai US$ 2,85 miliar atau setara Rp 40,75 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.300 per US$.
Pria kelahiran Pematangsiantar, Sumatra Utara, 6 Februari 1960 ini pernah bersekolah di SMA Budi Mulia Pematangsiantar. Dia lalu melanjutkan pendidikannya di Universitas HKBP Nomensen, Medan. Pria berkebangsaan Indonesia yang tinggal di Singapura ini berdagang sejak muda.
Langkah penting dalam bisnisnya terjadi di tahun 1991. Ketika bersama Kuok Khoon Hong mendirikan perusahaan Wilmar International, yang sedari awal bergerak di bidang perkebunan sawit dan produsen segala produk yang terkait dengan kelapa sawit.
Kuok Khoon Hong disebut-sebut sebagai keponakan raja gula Robert Kuok Hock Nien, yang dulu berbisnis bersama Liem Sioe Liong.
Setelah kaya raya bersama Wilmar, pada Juli 2018 Sitorus mengundurkan diri dari dewan perusahaan Wilmar.
Bersama Ganda, yang merupakan saudaranya, Martua mendirikan KPN Corporation. Perusahaan ini bergerak terkait dengan perkebunan kelapa sawit, pengembangan properti dan manufaktur semen.
Martua Sitorus juga telah bekerja sama dengan Ciputra Group dalam membangun kota mandiri di Medan, Sumatra Utara bernama Gama Land. Keluarga Martua Sitorus menjadi pemilik dari sebuah perusahaan semen bernama Cemindo Gemilang.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan Wilmar International, sampai dengan akhir tahun 2020, perseroan membukukan pendapatan sebesar US$ 50,52 miliar dengan laba bersih sebesar US$ 1,53 miliar. Total asetnya sampai tahun 2020 mencapai US$ 51,02 miliar. {Red}