SURABAYA, {DETEKTIFNews.com}-Ada pelajaran penting yang bisa diambil dari mencuatnya kasus pengakuan bohong Ratna Sarumpaet yang dimuat sejumlah media Rabu (3/10/2018).
Dalam pemberitaan disebutkan, Ratna mengakui telah berbohong dengan menyatakan menjadi korban pemukulan oleh sekelompok orang tak dikenal. Padahal nyatanya tidak.
“Ada tiga pelajaran penting dari kasus ini. Pertama, bagi kita semua anak bangsa. Kedua, bagi media massa mainstream dan ketiga, bagi tim Prabowo-Sandi. Pertama, kita sebagai anak bangsa harus memilih dan memilah informasi yang kita terima. Apalagi kita sebagai umat muslim sudah punya panduan di Alquran dan hadist. Sehingga kita tidak ikut larut sebagai penyebar hoax dan fitnah,” ujar ketua MPW Pemuda Pancasila Jawa Timur Ir AA La Nyalla Mahmud Mattalitti dalam siaran pers yang diterima wartawan Suratkabar Nasional TEROPONG, Rabu (3/10/2018).
Dikatakan La Nyalla, Al Quran dalam surat Al Hujarat ayat 6, sudah jelas menyatakan, ‘Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu’.
Bahkan lanjutnya, dalam hadist, nabi mengatakan, apabila kita masih ragu atau kita timbang tidak ada manfaatnya, lebih baik kita tidak menyebarkan.
“Ada beberapa hadist nabi tentang perkara ini. Dan semestinya kita sebagai umat Islam mengamalkan. Karena ini pelajaran yang sudah diajarkan 14 abad silam,” tukasnya.
Sementara terhadap media mainstream, La Nyalla yang juga tercatat sebagai anggota dewan penasehat PWI Jatim meminta agar media mainstream melakukan re-check ke sumber utama.
Bukan menjadikan apa yang diupload di Medsos sebagai content berita.
Karena masyarakat cenderung percaya kepada apa yang ditulis media mainstream.
“Ini trend yang kurang bagus, apabila media mainstream memberitakan isi Medsos, tanpa melakukan re-check ke sumber utama content di medsos tersebut,” urainya.
Lalu terhadap tim Prabowo-Sandi, secara singkat La Nyalla hanya mengatakan, Prabowo dan timnya harus melakukan koreksi diri.
“Ya harus koreksilah, ini belum jadi presiden sudah menelan informasi palsu. Bagaimana nanti kalau jadi presiden? Apa mau membuat kebijakan atas dasar informasi yang keliru? Kan fatal,” ujar La Nyalla yang juga calon anggota DPD RI daerah pemilihan Jawa Timur. {yok/jak}